SIAPA PUN BISA KHILAF, SIAPA PUN BISA MENEBUSNYA..

Pada tahun 2002 di harian Italian Post , muncul sebuah iklan pencarian org yg istimewa:

17 Mei 1992 di parkiran mobil ke- 5 Wayeli, seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, wanita itu melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia & suaminya telah menerima tanggung jawab utk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi itu kini menderita leukemia (kanker darah), dan ia memerlukan donor sumsum tulang belakang segera.

 

Ayah kandungnya adalah satu2nya harapan hidupnya, kami harap agar pelaku pemerkosaan pd wkt itu, saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.

 

Berita pencarian org ini membuat masyarakat gempar & segera menjadi buah bibir setiap org. Masalahnya, apakah org hitam ini berani muncul? Sbb jelas ia akan menghadapi kesulitan besar. Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan kemungkinan juga akan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Tetapi jika ia tetap bersikeras utk diam, ia sekali lagi membuat dosa yg tak terampuni. Bagaimanakah kelanjutan dari kisah ini?

 

Seorang anak perempuan yg menderita leukimia itu ternyata menyimpan sebuah kisah yg sangat memalukan di salah satu perkampungan di Itali. Martha, 35 thn, adalah wanita yg menjadi pokok pembicaraan semua org.

 

Ia dan suaminya, Peterson adalah warga kulit putih. Tetapi di antara kedua anaknya, ternyata ada satu yg berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setiap org di sekitar mrk utk bertanya. Martha hanya tersenyum kecil berkata pd mrk bhw neneknya berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika ada kemungkinan spt ini.

 

Musim gugur 2002, Monika yg berkulit hitam terus-menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. Harapan satu2nya hanyalah mencari pendonor sumsum tulang belakang yg paling cocok utknya. Dokter menjelaskan lebih lanjut.

 

Di antara mrk yg ada hubungan darah dgn Monika merupakan cara yg paling mudah utk menemukan pendonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul utk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.

 

Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja setelah seluruh keluarga menjalani pemeriksaan, hasilnya tak satu pun yg cocok. Dokter memberitahu mrk, dlm kasus spt Monika ini, mencari pedonor yg cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Skrg hanya ada 1 cara yg paling manjur, yaitu Martha & suaminya kembali mengandung anak lagi, dan mendonorkan darah tali pusat anak itu utk Monika. Mendengar usul ini, Martha tiba2 menjadi panik dan berkata tanpa suara, “Tuhan … kenapa jadi begini?”

 

Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan & putus asa. Peterson mengerutkan keningnya berpikir keras. Dr. Adely berusaha menjelaskan pd mrk, bhw saat ini bnyk org yg menggunakan cara ini utk menolong nyawa para penderita leukemia. Lagi pula cara ini aman thdp bayi yg baru dilahirkan, sama sekali tak ada pengaruhnya. Penjelasan ini hanya didengarkan saja oleh pasangan suami-istri tsb, mrk termenung begitu lama. Terakhir mrk hanya berkata, “Biarkan kami memikirkannya kembali.”

 

Malam ke-2, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba2 pintu ruang kerjanya terbuka, dan masuklah pasangan suami-istri tsb. Martha menggigit bibirnya dgn keras, suaminya menggenggam tangannya, dan berkata serius pd dokter. Ada suatu hal yg hrs kami beritahukan kpdmu. Tapi kami harap Anda berjanji utk menjaga kerahasiaan ini, krn ini adalah rahasia kami selama bbrp tahun. Dr. Adely menganggukkan kepalanya.

“10 tahun lalu, Mei 1992, wkt itu anak kami yg pertama, Eleana berusia 2 tahun. Martha bekerja di sebuah restoran fast food. Setiap hari, pukul 10 malam baru pulang kerja. Malam itu, hujan turun dgn lebat. Saat Martha pulang kerja, seluruh jalanan telah tiada satu org pun. 

Saat melalui suatu parkiran yg tak terpakai lagi. Martha mendengan suara langkah kaki, dgn ketakutan memutar kepala utk melihat, seorang remaja berkulit hitam berdiri di belakangnya. Org itu dgn sepotong kayu, memukulnya hingga pingsan, lalu memperkosanya.

 

Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dgn tergesa2, wkt telah menunjukkan jam 1 malam. Wkt itu aku bagaikan org gila keluar rmh mencari org hitam itu utk membuat perhitungan. Tapi tak ada bayangan satu org pun yg kutemukan. Malam itu kami hanya dpt memeluk kepala masing2 menahan kepedihan, sptnya seluruh langit bagaikan runtuh menimpa kami.”

Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, lalu ia melanjutkan kembali kisahnya.

“Tak lama kemudian Martha hamil. Kami sangat ketakutan, kuatir bila anak yg dikandungnya itu adalah milik org hitam tsb. Martha berencana utk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, jgn2 anak yg dikandungnya itu adalah bayi kami. Begitulah, kami menunggu dlm ketakutan selama berbulan2. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan berkulit hitam. Kami putus asa, sehingga terpikir utk mengirim anak itu ke panti asuhan saja. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi, bagaimanapun Martha telah mengandungnya selama 9 bulan, ia juga adalah sebuah jiwa yg tak bersalah. 

Aku dan Martha adalah Kristen yg taat, jd akhirnya kami putuskan utk memeliharanya & memberinya nama Monika.”

Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pd akhirnya ia memahami kenapa kedua suami-istri mengandung anak merupakan hal yg sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala berkata, “Jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun, tetap sulit utk mendapatkan donor yg cocok utk Monika.”

 

Bbrp lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata: “Tampaknya, kalian hrs mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya, atau sumsum tulang belakang anaknya, ada yg cocok utk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia muncul kembali dlm kehidupan kalian?”

 

Martha berkata: “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkan anakku. Aku tak akan memperkarakannya. Dr. Adely terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.

 

Berita pencarian yg istimewa ini mengakibatkan banjir tawaran dr org2 bersedia utk menjadi pendonor sumsum tulang belakang.

 

Terlebih lagi lewat wkt begitu lama, mau mencari sang pemerkosa di mana Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik2, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dgn menggunakan nama samaran.

 

November 2002, di koranWayeli termuat berita pencarian ini, spt yg digambarkan sebelumnya. Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan wkt itu berani muncul, demi utk menolong nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia!

 

Begitu berita ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon Dr. Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk & telepon, org-org terus bertanya siapakah wanita ini, mrk ingin bertemu dgnnya, berharap dpt memberikan bantuan kpdnya.

 

Tetapi Martha menolak semua perhatian mrk, ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, terlebih lagi tak ingin identitas Monika sbg anak hasil pemerkosaan terungkap, yg mungkin dpt merusak masa depan anak itu.

 

Saat ini juga seluruh media penuh dgn diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir.

 

(surat kabar Roma) Komentar dgn topik: org hitam itu akan munculkah? Jika ia berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya? Akankah menggunakan hukum yg berlaku utk menghakiminya? Hrskah ia menerima hukuman & cacian utk masa lalunya, ataukah ia hrs menerima pujian krn keberaniannya hari ini?

 

(Surat kabar Wayeli) Menulis topic: Bila Anda org berkulit hitam itu, apa tindakan yg akanAnda lakukan?

Sbg bahan diskusi. Dan menarik berbagai pendapat akan sulitnya berada di dua pilihan ini. Bagian penjara setempat terus berupaya membantu Martha, memberikan laporan terpidana hukuman pd tahun 1992 pada RS. Dikarenakan jumlah org berkulit hitam di kota ini hanya sedikit, maka dlm 10 tahun terakhir ini juga hanya sedikit jumlah terhukum berkulit hitam. Mrk berkata pd Martha: Sekalipun bbrp org bukanlah terhukum krn tindak perkosaan, tapi mungkin bbrp juga menemui hal spt ini.

 

Bbrp org ini juga sebagian telah keluar penjara, sebagian lainnya masih berada di dlm penjara. Martha dan Peterson menghubungi bbrp org ini, begitu banyak terpidana wkt itu yg bersungguh2 & antusias utk memberikan petunjuk.

 

Tapi sayangnya, mrk semua bukanlah org hitam yg memperkosanya wkt itu. Tak lama kemudian, kisah Martha menyebar ke seluruh rumah tahanan, tak sedikit terpidana yg tergerak krn kasih ibu ini, tak peduli mrk berkulit hitam maupun berkulit putih, mrk semua bersukarela mendaftar utk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, berharap dpt mendonorkannya utk Monika. Tapi tak satupun pedonor yg memenuhi kriteria di antara mrk.

 

Berita pencarian ini mengharukan banyak org, tak sedikit org yg bersukarela utk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, utk mengetahui apakah dirinya memenuhi kriteria. Para sukarelawan semakin lama semakin bertambah, di Wayeli timbullah wabah utk mendonorkan sumsum tulang belakang.

 

Hal yg mengejutkan adalah kesediaan para sukarelawan ini menyelamatkan banyak penderita leukimia lainnya, sayangnya Monika tak termasuk di antara mrk yg beruntung. Martha dan Peterson menantikan dgn panik kemunculan si kulit hitam. Akhirnya dua bulan telah lewat, org ini tak muncul2 juga.

 

Dgn tidak tenang, mrk mulai berpikir, mungkin org hitam itu sdh telah meninggal dunia. Mungkin ia telah pergi jauh meninggalkan kampung halamannya, sdh lama tdk berada di Itali lagi. Mungkin ia tdk bersedia merusak kehidupannya sendiri, sehingga tak ingin muncul.

 

Tapi tak peduli bagaimanapun, asalkan Monika hidup sehari lagi, mrk tak rela utk melepaskan harapan utk mencari org hitam itu. Di saat sebuah jiwa merana tak menentu, harapan selalu muncul kembali di saat keputus-asaan melanda.

 

Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 wkt itu, ia memiliki lembaran tergelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dlm kisah ini.

 

Tak seorang pun menyangka, Ajili yg sangat kaya raya itu, pernah bekerja sbg pencuci piring panggilan. Dikarenakan org tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yg tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia pandai & cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dgn giat demi mendapatkan sedikit uang & penghargaan dari org lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yg selalu mendiskriminasikannya.

 

Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke-20, ia berencana utk pulang kerja lebih awal utk merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, di tengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya utk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Di tengah kemarahannya ia bertekad utk membalas dendam pd si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Utk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian itu, ia pun memperkosa sang wanita yg tak berdosa ini.

 

Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga ia menggunakan uang ulang tahunnya utk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini. Di Napulese, ia bertemu keberuntungannya. Ajili mendapatkan pekerjaan dgn lancar di restoran milik org Amerika. Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan menikahkannya dgn anak perempuan mrk, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya utk mengelola toko mrk. Bbrp tahun ini, ia yg begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yg lucu2.

 

Di mata pekerja lainnya & seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yg baik, suami yg baik, ayah yg baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yg pernah diperbuatnya.

 

Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yg pernah diperkosanya itu, berharap ia selalu hidup damai & tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat2, tak memberitahu seorang pun. Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yg dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bhw wanita malang itu mengandung anaknya, bahkan menanggung beban tanggung jawab utk memelihara & menjaga anak yg awalnya bukanlah miliknya.

 

Hari itu, Ajili bbrp kali mencoba menghubungi no. telepon Dr. Adely. Tapi setiap kali, blm sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap org kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak2nya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yg bahagia & istrinya yg cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat di sekitarnya. Semua yg ia dptkan dgn ditukar kerja kerasnya bertahun2.

 

Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata: “Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian utk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha, ia sungguh pria yg patut dihormati, tak disangka ia dpt menerima anak yg demikian.” Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba2 mengajukan pertanyaan: “Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu?”

 

“Sedikitpun aku tak akan memaafkannya !!! Wkt itu ia sdh membuat kesalahan, kali ini juga hanya dpt meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar2 begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar2 seorang pengecut!” demikian istrinya menjawab dgn dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pd istrinya. Malam itu, anaknya yg baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, utk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah yg jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku”. Hati Ajili bagai terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat2 sang anak & berkata:

 

“Maafkan ayah nak, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah salah, maafkan ayah ya.”

Sampai sini, Ajili pun tiba2 menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru2 berkata padanya utk menenangkan ayahnya: “Baiklah, kumaafkan. Guru TK-ku bilang, anak yg baik adalah anak yg mau memperbaiki kesalahannya.”

 

Malam itu, Ajili tak dpt terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dlm neraka. Di matanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia spt dpt mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri: “Aku ini sebenarnya org baik, atau org jahat?”

 

Mendengar bunyi napas istrinya yg teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya utk berdiri. Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidak-beresan pada dirinya, memberikan perhatian pdnya dgn menanyakan apakah ada masalah. Dan ia mencari alasan tak enak badan utk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah : “Selamat pagi, manager!” Mendengar itu, wajahnya tiba2 menjadi pucat pasi, dlm hati dipenuhi perasaan tak menentu & rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.

 

Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dpt lagi terus diam saja, ia pun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya spy tetap tenang : “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu. Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr. Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata: ”Entah apa ia dpt menunggu hari kemunculan ayah kandungnya.

Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yg paling dlm, suatu perasaan hangat sbg sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri! Ia pun membulatkan tekad utk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini.

 

Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri utk memberitahu sang istri ttg segala rahasianya. Terakhir ia berkata: “Sangatlah mungkin bhw aku adalah ayah Monika. Aku hrs menyelamatkannya.” Lina sangat terkejut, marah & terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah: ”Kau PEMBOHONG!”

 

Malam itu juga iamembawa ke-3 anak mrk, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mrk tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tsb dgn segera mereda. Mrk adalah dua org tua yg penuh pengalaman hidup, mrk menasehatinya: ”Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dpt menyerahkan dirinya utk muncul, diperlukan berapa banyak keberanian besar?”

 

“Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yg pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya, ataukah seorang suami yg selamanya menyimpan kebusukan ini di dlmnya?”

Mendengar ini Lina terpekur bbrp lama. Pagi2 di hari ke-2, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yg dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata: ”Ajili, pergilah menemui Dr. Adely! Aku akan menemanimu!”

 

3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tsb tiba di RS Elisabeth, demi utk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar2 adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa org hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dpt menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat thdp Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu. Segalanya berlangsung dlm keheningan. Demi utk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tdk mengungkapkan dgn jelas identitas mrk semua pd media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan yg sebenarnya, mrk hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.

 

Berita ini mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mrk terus-menerus menelepon, menulis surat pd Dr. Adely, memohon utk dpt menyampaikan kemarahan mrk pada org hitam ini, sekaligus penghormatan kpdnya. Mrk berpendapat: ”Barangkali ia pernah melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!”

 

10 Februari, ke-2 pasangan Martha & suami memohon utk dpt bertemu muka langsung dgn Ajili. Awalnya Ajili tdk berani utk menemui mrk, namun pd permohonan ke-3 Martha, ia pun menyetujui hal ini.

 

18 Februari, dlm ruang tertutup & dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dgn Ajili.

Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mrk bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga org tsb diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mrk bersama-sama mengalir. Bbrp wkt kemudian, dgn suara serak Ajili berkata: “Maaf … mohon maafkan aku! Kalimat ini telah terpendam dlm hatiku selama 10 thn. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan utk mengatakannya langsung kpdmu.” Martha menjawab :”Terima kasih kau mau muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dpt menolong putriku.”

 

19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika Sang dokter berkata dgn antusias: “Ini suatu keajaiban!”

 

22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, & pd akhirnya Monika dpt melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dgn sehat walafiat.

 

Martha dan suami telah memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely dtg ke rmh mrk utk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tdk hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mrk.

 

Dlm suratnya ia menyatakan penyesalan & rasa malunya berkata: “Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup & tumbuh dewasa bersama kalian yg mengasihinya. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga utk membantu kalian.

 

Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dlm lubuk hatiku yg terdalam, dialah yg memberiku kesempatan utk menebus dosa. Dialah yg membuatku dpt memiliki kehidupan yg benar2 bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah terbesar yg telah ia berikan kpdku!

 

Tuhan Yesus memberkati.